Minggu, 01 April 2012

Sosiologi perkotaan

Krisis Kota : Pemukiman Penduduk, Sampah dan Banjir
Dengan semakin bertambahnya usia kota di Indonesia ini, semakin banyak pula masalah yang muncul berkaitan dengan lingkungan kota serta masyarakat yang menghuni kota. Mulai dari tidak teraturnya tata kota, kebijaksanaan pemerintah tentang kota hingga, mentalitas masyarakat kota di Indonesia yang semakin buruk. Sudah tak terhitung berbagai peraturan di keluarkan di kota-kota besar di Indonesia untuk menangani masalah terutama yang berkaitan dengan lingkungan, dan kesehatan kota dan masyarakatnya.
Krisis Kota: Permasalahan Pemukiman Penduduk
Salah satu satu masalah atau krisis yang terjadi di kota saat ini adalah tentang pengelolaan lahan pemukiman unutk penduduk. Dengan semakin bertambah banyaknya penduduk di kota baik karena kelahiran maupun karena urbanisasi mau tidak mau menambah padatnya jumlah manusia di kota yang berdampak pada bertambahnya kebutuhan lahan untuk tempat tinggal. Khusus untuk para pendatang, memiliki kecederungan untuk memilih lokasi lahan pemukiman yang dicari untuk dijadikan tempat tempat tinggal yang tidak terlalu jauh dari dengan pusat kota atau pun tempat mereka bekerja.
Pada mulanya lahan pemukiman yang dibangun masih tertata dengan baik karena jumlah penduduk kota masih sedikit. Karena faktor urbanisasi terutama saat peristiwa mudik setiap tahunnya, maka semakin banyak penduduk yang dating dan akhirnya berdampak pada perluasan dan pemanfaatan lahan perkotaan untuk dijadikan tempat tinggal. Saat lahan-lahan untuk pemukiman mulai habis, berbanding terbalik dengan jumlah penduduk kota, maka lahan yang seharusnya untuk fasilitas umum dan dilarang unutk ditempati mulai dibangun unutk pemukiman. Misalnya saja pendirian rumah di pinggir bantaran sungai dan juga rel kereta api. Hal ini tentu saja mengganggu bahkan cenderung merusak baik itu penampilan maupun kenyamanan kota itu sendiri untuk ditinggali. Dari perkembangan pemukiman tersebut Maka mulai muncul pemukiman-pemukiman kumuh ataupun kampung-kampung kumuh. Dari berbagai masalah pemukiman ini, maka mulai muncul masalah-masalah lain seperti masalah limgkungan, kesehatan dan lain sebagainya.
Selain itu semakin padatnya serta semakin banyaknya bangunan-bangunan yang dibangun juga dapat mengakibatkan penurunan tanah akibat terlalu banyaknya beban yang harus di terima tanah akibat banyaknya berbagai bangunan yang dibuat. Misalnya saja sperti di Jakarta. Setiap tahun terus terjadi. Setiap tahun rata-rata terjadi penurunan sekitar 4-5 cm. Selain terlalu banyaknya gedung yang dibangun di atas tanah, penggunaan ataupun bisa dibilang eksploitasi air tanah yang berlebihan juga dapat menimbulkan penurunan tanah ini. Di tambah lagi semakin berkurangnya lahan untuk peresapan air yang berganti dengan jalan-jalan aspal maupun semen memperparah kondisi tanah di berbagai kota-kota besar.
Krisis Kota: Sampah
Krisis ini bukan hanya di alami oleh-oleh kota besar ataupun ibu kota saja. Kota-kota yang lebih kecil seperti Solo pun memiliki masalah yang hampir sama jika menyangkut persoalan tentang sampah ini. Setiap hari produksi sampah meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan juga bertambahnya kebutuhan setiap manusia di kota. Misalnya saja ibu kota jakarta. Setiap harinya memproduksi sampah sekitar 7000 ton per hari. Sebagian bsar sampah yang dihasilkan brasal dari sampah rumah tangga. Permasalahanya sebenarnya bukan hanya jumlah yang besar, namun juga bagaimana pengelolaan sampah tersebut. Dari sekian banyak sampah tersebut, sebagian merupakan sampah yang tidak dapat hancur ataupun larut jika sudah berada di alam. Penggunaan bahan kimia berbahaya yang berlebihan serta tidak ramah lingkungan menambah parah kondisi lingkungan kota saat ini. Bahkan sampah-sampah dengan bahan seperti plastik dan stereoform perlu puluhan tahun untuk hancur.
Bahan-bahan seperti ini nantinya juga akan mencemari atau membuat pousi terutama polusi tanah dan juga air. Bahan utama kemasan saat ini berupa plastik jika tertimbun dalam tanah dapat mencemari tanah yang akhirnya membuat tanah serta air tanah di dalamnya menjadi tercemar. Maka tidak heran banyak warga di kota saat ini kesulitan untuk mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Memang saat ini teknologi unutk mendaur ulang berbagai sampah telah semakin maju. Namun sayangnya jumlah sampah yang di daur ulang jika dibandingkan dengan produksi bahan serta sampah yang dihasilkan setiap hari tidak sebanding. Belum lagi sampah yang terlarut dengan air seperti misalnya deterjen yang tercampur dengan air bekas mencuci. Jika dibuang ke sungai, atau pun sumber air lainnya, maka akan mencemari sumber air tersebut dan menyebabkan sumber air tersebut menjadi tidak layak pakai.
Pengelolaan sampah yang tidak serius oleh pemerintah pun turut menjadi penyumbang masalah ini. Smisalnya di Jakarta, Sampah yang ada di kota dibuang di kota di daerah sekitar Jakarta. Misalnya saja Tnggerang. Sudah berapa banyak tempat yang warganya menolak daerah di sekitar tempat tinggalnya menjadi tempat pembuangan akhir (TPA). Misalnya di daerah jatiwaringin Tanggerang Ciangir. Warga menolak karena bila daerahnya dijadikan TPA maka akan menganggu kegiatan sehari-hari dan tidak nyaman lagi unutk di tinggali. Di sisi lain, adanya profesi pemulung juga di anggap sebagai salah satu masalah atau krisis yang ada di kota. Padahal, kehadiran pemulung di satu sisi cukup mmbantu mengurangi sampah-sampah yang ada di kota-kota.
Krisis Kota: Banjir
Dari berbagai masalah-masalah di atas pada akhirnya menimbulkan suatu masalah yang lebih besar yaitu banjir. Di kota bsra contohnya Jakarta, banjir merupakan suatu kejadian yang pasti terjadi setiap tahunnya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pembangunan kota yang berlebihan akan menyebabkan tanah tidak kuat menahan bangunan-bangunan yang pada akhirnya menyebabkan tanah mengalami penurunan. Hal ini berdampak air sungai dan laut semakin cepat masuk ke darat. Selain itu pemanfaatan air tanah yang berlebihan oleh warga kota juga dapat menyebabkan penurunan tanah.
Persoalan sampah pun menjadi hal yang menunjang terjadinya banjir tahunan di kota besar seperti Jakarta. Telah penunhya lahan pemukiman mengakibatkan banyak warga terutama pendatang mendirikan rumah-rumah di bantaran sungai. Warga-warga di bantaran sungai tersebut terbiasa membuang sampah rumah tangganya di sungai. Hal ini menyebabkan sungai-sungai yang berada di kota, terutama yang berada dekat dengan pemukiman penduduk setiap hari mengalami pendangkalan akibat kebiasaan warga masyarakat kota yang membuang sampah di sungai. Sungai pun saat ini banyak yang tidak bisa di manfaatkan airnya untuk berbagai keperluan sehari-hari. Bahkan unutk mendapatkan air bersih masyarakat kota harus membeli air pada orang yang berjualan keliling. Padahal harga per jerigen sekitar Rp5000 hingga Rp 7000. Walaupun sadar akan efek yang di timbulkan jika membuang sampah namun membuang sampah di sungai sepertinya sudah menjadi budaya. Alasan klasik seperti tempat pembuangan yang jauh, kurangnya lahan untuk tempat membuang sampah atau pun alasan kepraktisan menjadi hal yang umum. Mental masyarakat unutk kesadaran membuang sampah pada tempatnya ini yang harus di tumbuhkan seperti halnya kesadaran membuang sampah yang ada di masyarakat barat. Seharusnya kita sebagai masyarakat dunia timur yang masih erat aturan budayanya bisa menerapkan kesadaran membuang sampah pada tempatnya.
DAFTAR PUSTAKA
B.N Marbun. 1994. Kota Indonesia Masa Depan Masalah dan Prospek. Jakarta: Erlangga.
Hadi Sabari Yunus. Dinamika Wilayah Peri-Urban Determinan Masa Depan Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jefta Leibo. 2004. Problem Perkotaan dan Konflik Sosial Sebuah Perspektif Sosiologi. Yogyakarta: INPEDHAM.
N. Daldjoeni. 1998. Geografi Kota dan Desa. Bandung: P.T. Alumni.
Sejarah Kota
A. Pengertian Kota
Terdapat beberapa pengertian kota menurut beberapa para ahli. Mayer nelihat dari sudut pandang bahwa kota adalah sebagai tempat bermukim atau bertempat tinggal bagi penduduknya. Menurut mayer bukan kota dalam bentuk fisik atau bangunan yang diangap penting namun yang terpenting adalah penduduk kota tersebut yang telah membangun peradaban kota itu baik fisik maupun nilai-nilai yang ada dalam masyratakat kota tersebut.
Mumford melihat kota sebagai suatu tempat yang memiliki orientasi keluar. Dalam hal ini dimaksudkan kota adalah suatu tempat yang memiliki daya tarik yang kuat, mudah unutk berkembang serta mudah terpengaruh dengan berbagai hal yang ada diluar. Hal ini tentu saja berbeda dengan orintasi berpikir pedesan yang lebih memakai orientasi ke dalam.
Sedangkan max weber berpendapat suatu tempat itu disebut kota jika para penduduknya sebagian besar telah mampu untuk memenuhi berbagai kebutuhannya lewat pasar yang tersedia di tempat tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa yang terpenting dari kota adalah pasar yang dapat mmenuhi kebutuhan para penghuninya. Dalam hal ini kota juga disebut sbagai pusat kegiatan ekonomi termasuk juga didalamnya orang-orang yang berasal dari desa.
Christaller mengemukakan bahwa sebenarnya yang terpenting dari kota bukanlah tempat tinggal atau pemukimannya. Justru yang terpenting adalah bahwa kota menjadi pusat pelayanan baik bagi penghuninya sendiri maupun daerah-daerah disekitarnya. Sehinggga yang dilihat adalah sejauh mana banyak orang yang bergantung pada kota sebagai tempat pusat untuk memenuhi kebutuhan serta menggunakan berbagai fasilitas serta jasa-jasa yang ada di kota.
Sjoberg memiliki pendapat bahwa munculnya kota karena disebabkan oleh adanya golongan atau kelompok masyrakat yang tidak menganut sistm agraris. Artinya bahwa bertani bukan sesuatu yang menjadi utama atau wajib bagi mereka. Bagi golongan ini pendidikan adalah yang utama. Lalu dari sinilah muncul berbagai pekerjaan yang beragam serta terspesialisasi. Pada awalnya munculnya kota, lebih banyak ditemui para golongan ahli agama, sastrawan serta pujangga.
With lebih menyoroti dari hubungan sosial dari masyarakat kota itu sndiri. Menurutnya hubungan sosial di kota lebih longgar sehingga muncul sifat individual serta acuh tak acuh. Hal ini tidak terlepas dari penduduk kota yang heterogen terutama kedudukan sosialnya.
Marx dan Engels melihat kota sebagai perkumpulan yang sengaja dibentuk untuk melindungi hak milik dan untuk mmperbanyak alat produksi unutk mempertahankan diri dari penduduknya.
B. Sejarah Kota
1. Sejarah Terbentuknya Kota di Dunia Secara Umum
Sejarah kota di dunia sendiri diperkirakan muncul di daerah benua afrika dan juga asia bagian barat. Munculnya kota sendiri di suatu lokasi dipengaruhi berbagai faktor. Misalnya saja letak gografis suatu kota. Letak sangat mempengaruhi berkembangnya suatu kota. Suatu kota berkembang karena letaknya yang strategis. Pada awal terbntuknya kota, kota biasanya terletak di pinggir pantai, di sekitar pinggir sungai serta pada lembah-lembah yang memiliki tanah yang subur. Sebagai contoh munculnya kota-kota di mesir yang berada di dekat sungai Nil. Lalu juga terbentuknya kota-kota di sungai Tigrit, Efrat serta lembah-lembah yang subur seperti ada di lembah sungai Indus serta lembah sungai Huangho.
Lalu faktor transportasi juga menjadi salah satu faktor terbentuk dan berkembangnya suatu kota. Seperti diketahui bahwa salah transportasi yang paling nyaman dan cepat pada jaman dahulu adalah melalui jalur air. Sehingga letak kota yang berada di pinggir sungai mempermudah transportasi. Perkembangan kota yang selanjutnya menuntut adanya pemekaran kota secara fisik, sehingga terjadi perluasan kota dari pusat kota melebar keluar sebagai penyeimbang kegiatan yang berada di pusat kota.
Lalu faktor lainnya juga bisa disebabkan oleh faktor iklim atau cuaca. Seperti yang diketahui wilayah di pinggir sungai atau pun lembah yang subur memiliki iklim dan cuaca yang bersahabat bagi manusia. Sebagai contoh di mesir. Wilayah Mesir yang sebagian besar berupa padang pasir tentu saja memiliki iklim dan cuaca yang kurang bersahabat karena memiliki iklim gurun yang panas dan kering. Berbeda dengan iklim di sekitar sungai dan lembah yang lebih sejuk.
Selain membutuhkan sumber daya berupa fisik, manusia juga membutuhkan kebutuhan yang bersifat non fisik. Salah satunya adalah keamanan. Lokasi kota selain harus memiliki potensi-potensi fisik, ia juga harus memenuhi persyaratan keamanan yang terjamin. Keamanan ini lebih dimaksudkan adalah keamanan dari potensi terjadinya bencana alam. Lalu lokasi di pinggir sungai ataupun lembah dianggap lbih aman dari gangguan bencanan daripada membangun kota di dekat gunung misalnya. Karena lebih besar potensinya terkena bencana misalnya seperti tanah longsor, gunung meletus dan lain sebagainya.
Dan pada akhirnya beberapa faktor di atas merujuk pada suatu alasan mengapa daerah pinggiran sungai, ataupun lembah-lembah subur di jadikan tempat bermulanya kota dibentuk. Yaitu adalah suatu faktor sumber daya alam. Sumber daya alam yang paling dicari tentu saja air. Karena air merupaka sumber penghidupan utama. Sebagai contoh di Mesir. Di wilayah tersebut air menjadi sumber daya utama yang paling di cari. Karena wilayah di Mesir sebagian besar adalah padang pasir yang luas. Sumber air hanya ada di beberapa tempat yang terdapat sumber air yaitu oasis. Namun keberadaan oasis tersebut juga tidak terlalu banyak. Di beberapa oasis di wilayah timur tengah dan afrika bahkan di buat kota kecil dan ada juga yang dibangun sebuah tempat wisata untuk para turis.
Hal ini semakin membuktikan bahwa air merupakan faktor utama terbentuknya suatu kota. Lalu dengan adanya air tentunya akan mengembangkan hasil sumber daya yang lain seperti pertanian serta hasil bumi yang lain. Keadaan sumber daya alam ini lalu mendukung terbentuknya berbagai teknologi baru dan juga perkmbangan kebudayaan.
2. Sejarah Kota Berbasis Benteng
Pada zaman pertengahan di Eropa, pola muncul dan terbentuknya kota perlahan berubah. Di jaman tersbut kota tidak akan disebut kotajika tidak ada benteng yang mengelilinginya. Konsep kota sebagai pusat lebih ditekankan lagi pada pusat pemerintahan serta pusat perdagangan. Hal ini merujuk pada istana raja, tempat ibadah(gereja) dan juga pasar sebagai pusat kegiatan di kota berbasis benteng ini. Sedangkan diluar itu adalah areal pertanian luas yang menghasilkan barang kebutuhan. Penduduk yang tinggal di dalam benteng dinamakan burgher. Burgher berasal dari kata burgh yaitu benteng. Sedangkan yang tinggal di luar benteng dinamakan folk atau rakyat biasa. Kota-kota berbasis benteng ini biasanya memilki tata kota yang baik. Misalnya saja sistem tata air engan adanya parit-parit.
Kedua kekuatan inilah yang menjadikan kotra berbasis benteng menjadi kuat. Jika salah satunya lenyap maka kota itu akan menjadi tidak stabil dan akhir nya hancur. Misalnya saja kota-kota di Eropa terutama Romawi hancur akibat serangan dari tentara islam. Kota-kota dalam wilayah Romawi tersebut hancur karena hilangnya fungsi pasar sbagai pusat ekonomi perdagangan. Sehingga ekonomi saat itu menjadi identitas kekuasaan kota-kota didalam wilayah Romawi.
3. Kota yang Muncul dari Penjajahan
Di beberapa daerah terutama di Indonesia serta beberapa daerah khususnya di Asia dan Asia Tenggara, sejarah kota dapat dimulai dari penjajahan suatu bangsa atas bangsa lain. Khusus di Indonesia, kota-kota yang ada saat ini merupakan sisa-sisa warisan dari kerajaan kuno terdahulu seperti majapahit, mataram dan lain-lain. Pada umunya kerajaan-kerajaan ini trbentuk dngan pola yang sama yaitu selalu berada di daerah yang memiliki sumber d air seperti sungai, laut mapun lembah. Dengan semakin berkembangnya kerajaan tersebut maka beberapa kerajaan memiliki citra sebagai kota perdagangan. Misalnya saja kota Batavia yang merupaka sisa-sia kerajaan tarumanegara yang memiliki pelabuhan Sunda Kelapa sebagai pusat dari perdagangan, baik itu dari eropa, Gujarat maupun Cina. Hingga pada saatnya pemerintah negara Belanda melihat ini sebagai potensi. Selanjutnya terjadi penjajahan sehingga terbentuklah kota yang sekarang bernama jakarta.
C. Kota Sebagai Pusat
Dari sejarahnya, kota merupakan pusat dari segala aktivitas peradaban manusia. Sejarah kota merupakan sejarah perdaban dari manusia itu sendiri. Kota memiliki magnet tersendiri untuk manusia datang dari berbagai penjuru dengan berbagai alasan. Pada awalnya orang datng ke kota untuk mencari sumber daya alam untuk memenuhi segala kebutuhannya. Hal ini lalu berkembang mnjadi hal-hal yang berbau faktor ekonomis. Lalu kota dianggap penting sehingga banyak orang datang untuk berbagai kepentingan
1. Kota Sebagai Pusat Pemerintahan
Dengan perkembangan kota yang cukup pesat dan tentu saja heterogen, serta berkembangnya daerah-daerah perluasan di sekitar kota maka di perlukan adanya kekuasaaan yang mengatur itu semua. Kota sebagai pusat pemerintahan merupakan pusat birokrasi dan juga pusat manajemen bagi daerah-daerah sekitarnya sehingga tercipta hubungan antara kota sebagai pusat dengan daerah-daerah di sekitarnya.
Sebagai contoh Kairo sebagai pusat pemerintahan di Mesir. Pada awalnya kota hanya berupa wilayah kecil yang umunya berada di wilayah yang memiliki sumber daya alam yaitu pinggiran sungai atau lembah. Lalu seiring dengan berkembangnya kota, maka kota dirasa kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan terutama dengan bertambah padatnya kota. Lalu berkembanglah di sekitar kota wilayah-wilayah kecil yang menyokong serta menyeimbangkan kota sebagai pusat itu sendiri. Tentu saja daerah-daerah tersebut juga perlu diatur. Untuk mempermudah pengaturan maka dibutuhkan kekuasaan yang mengatur itu semua yaitu dengan menempatkan pusat kekuasaan di pusat. Hal ini tentu saja untuk mempermudah pengaturan. Hal ini di karenakan di kota memiliki berbagai fasilitas serta lokasi yang lebih strategis daripada harus meletakkan pusat kekuasaan di daerah-daerah perluasan kota misalnya.
2. Kota Sebagai Pusat Kebudayaan
Kota juga merupakan pusat dari kebudayaan manusia. Di kota lah berbagai macam kebudayaan tercipta. Jika kita melihat kota-kota kuno maka ditemukan berbagai benda maupun artifak sebagai bukti bahwa kota mrupakan pusat kebudayaan. Perkembangan pendidikan dan teknologi turut ikut serta membangun kota sebagai pusat kebudayaan yang menjadi acuan bagi daerah-daerah di sekitarnya. Misalnya saja tradisi maupun pakaian yang biasa digunakan dan dipraktekan di lingkungan kerajaan ikut dilakukan dan ditiru oleh orang-orang di daerahnya. Begitu juga seni-seni yang lain misalnya saja tari bedhaya yang sebelumnya hanya unutk ditarikan warga kerajaan juga banyak orang yang berusaha untuk mengeluarkannya dari keraton agar dapat dilakukan oleh masyarakat luas.
3. Kota Sebagai Pusat Ekonomi
Menurut sejarahnya, seperti telah dijelaskan di atas, kota terbentuk salah satunya karena adanya sumber daya yang cukup untuk memenuhi penghuninya. Dengan semakin kompleksnya kebutuhan yang ada maka semakin berkembang juga produksi serta jenis produk kebutuhan yang ada. Begitu pun dengan semakin meluasnya wilayah kota. Hal ini pula menumbuhkan perkembangan produksi barang kebutuhan yang ada. Sebagai pusat tempat berkumpulnya berbagai orang dari berbagai wilayah dengan berbagai tujuan, maka kota juga menjadi pusat transaksi kebutuhan yang ada. Dengan pada awalnya mulai dikenalnya sistem pertukaran, lalu ditemukannya uang maka memenuhi kebutuhan tidak hanya sekedar hanya memenuhi apa yang dibutuhkan saja namun juga lebih ke arah komersil.
Dengan transportasi yang memadai maka kota juga menjadi pusat perdagangan. Sebagai contoh kota kuno yang menjadi besar diakibatkan kedudukanya sebagai kota perdagangan adalah kota Athene dengan pelabuhannya yang bernama piraeus. Dengan kedudukannya sebagai pusat perdagangan tidak hanya untuk daerah sekitar namun juga sebagai pusat perdagangan bagi eropa bahkan dunia, perkembangan kota Athene sangat pesat. Selain itu di Athene sudah dikenal adanya industri. Sebagai contoh adalah industri tekstil, anggur, kerajinan emas dan perak serta industri keramik.
DAFTAR PUSTAKA
Hans Dieter Evers. 1986. Sosiologi Perkotaan: Urbanisasi dan Sengketa Tanah Di Indonesia dan Malaysia. Jakarta: LP3ES.
N. Daldjoeni. 1998. Geografi Kota dan Desa. Bandung: P.T. Alumni.
N. Daldjoeni. 1997. Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: P.T. Alumni.
R. Bintarto. 1983. Interaksi Desa Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia,

Definisi-definisi Ilmu Sosiologi Menurut Para Ahli

Untuk mempelajari tentang Perencanaan Wilayah dan Kota, maka diharuskan juga mengerti akan masyarakat dan keadaan sosial. Umumnya ilmu Sosiologi yang mempelajari tentang hal tersebut. Maka berikut ini definisi-definisi sosiologi yang dikemukakan beberapa ahli, yaitu :
1. Pitirim Sorokin

Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala sosial (misalnya gejala ekonomi, gejala keluarga, dan gejala moral), sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala non-sosial, dan yang terakhir, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial lain.
2. Roucek dan Warren
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok.
3. William F. Ogburn dan Mayer F. Nimkopf

Sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya, yaitu organisasi sosial.

4.  J.A.A Von Dorn dan C.J. Lammers

Sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

5.  Max Weber
Sosiologi adalah ilmu yang berupaya memahami tindakan-tindakan sosial.
6. Selo Sumardjan dan Soelaeman Soemardi

Sosiologi adalah ilmu kemasyarakatan yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosial termasuk perubahan sosial.

7. Paul B. Horton
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan penelaahan pada kehidupan kelompok dan produk kehidupan kelompok tersebut.
8. Soejono Sukamto
Sosiologi adalah ilmu yang memusatkan perhatian pada segi-segi kemasyarakatan yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola umum kehidupan masyarakat.
9.  William Kornblum
Sosiologi adalah suatu upaya ilmiah untuk mempelajari masyarakat dan perilaku sosial anggotanya dan menjadikan masyarakat yang bersangkutan dalam berbagai kelompok dan kondisi.
10. Allan Jhonson
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari kehidupan dan perilaku, terutama dalam kaitannya dengan suatu sistem sosial dan bagaimana sistem tersebut mempengaruhi orang dan bagaimana pula orang yang terlibat didalamnya mempengaruhi sistem tersebut.
11. Emile Durkheim
Sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yakni fakta yang mengandung cara bertindak, berpikir, berperasaan yang berada di luar individu di mana fakta-fakta tersebut memiliki kekuatan untuk mengendalikan individu.
Selain itu ada juga beberapa definisi Sosiologi di bidang pendidikan menurut para ahli:
1. F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengantata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian,dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.  H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3. Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan adalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
4. F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.

Dari berbagai definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
Sosiologi adalah ilmu yang membicarakan apa yang sedang terjadi saat ini, khususnya pola-pola hubungan dalam masyarakat serta berusaha mencari pengertian-pengertian umum, rasional, empiris serta bersifat umum.

Memproduksi Ulang Instrumen Analisis Sosiologi Perkotaan

Kota dan wilayah  metropolis dari berbagai sudut pandangnya telah menjadi obyek studi berbagai disiplin ilmu di antaranya sosiologi, yang selanjutnya dikenal dengan sosiologi perkotaan. Kota pada saat ini, sudah sangat berbeda keadaannya dibandingkan dengan kota pada saat sosiologi perkotaan “dilahirkan”. Keadaan kota-kota saat ini, era milinium, mengalami perkembangan pesat.
Diantara kecenderungan itu menurut Saskia Sassen adalah globalisasi dan munculnya teknologi informasi baru, intensitas transnasional dan dinamika translokal, kehadiran budaya global. Masing-masing dari satu kecenderungan itu memiliki, isi, spesifikasi dan konsekuensi terhadap kota-kota. Dengan demikian pula, kepentingan sosiologi perkotaan, akan berimplikasi pula terhadap teori  dan riset sosiologi perkotaan. Dalam hal ini terdapat tantangan bagi sosiologi perkotaan untuk mencakup kecenderungan ini. Kecenderungan inilah membuat, Saskia Sassen mempertanyakan, apakah perlu memproduksi ulang alat analisis untuk memahami transformasi besar ini.
Tiga kecenderungan yang disebut Saskia Sassen tersebut di atas yakni globalisasi dan munculnya teknologi informasi baru, intensitas transnasional dan dinamika translokal, kehadiran budaya global  pada dasarnya cukup diwakili oleh satu kata kunci yakni globalisasi.
Globalisasi adalah suatu proses yang menempatkan masyarakat dunia bisa saling berhubungan dalam bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Tiga faktor yang mendorong globalisiasi ialah: kekuatan kaum pemodal internasional atau transnasional yang mampu beroperasi hampir diseluruh dunia, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang teknologi informasi,  dukungan negara dalam bentuk kebijakan dan masyarakatnya dalam bentuk kesediaan sebagai konsumen baik barang atau jasa serta “budaya”. Sedangkan globalisme atau neo-liberalisme (pengikut Ricardo dan Adam Smith) paham yang menyatakan bahwa kaum pemodal harus diberi kebebasan untuk berbisnis antar negara atau antar bangsa tanpa hambatan, agar sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan seefektif dan seefisien mungkin dan suatu negara harus mengadakan spesialisasi komoditi berdasar keunggulan yang mereka miliki.
Globalisasi dipahami juga sebagai proses perubahan budaya yang berdampak pada beralihnya beberapa otoritas  negara kepada perusahaan transnasional. Globalisasi merupakan sejarah baru kehidupan manusia di mana negara tradisional telah menjadi tidak lagi relevan, lebih-lebih menjadi tidak mungkin dalam unit-unit bisnis dalam sebuah ekonomi global. Globalisasi membawa serta gejala “denasionalisasi” ekonomi melalui pendirian jaringan-jaringan produksi  perdagangan, dan keuangan transnasional. Pemerintahan nasional tidak lebih dari sekadar transmisi bagi pemodal global, atau sebagai institusi perantara di antara kekuatan translokal, antar lokal atau regional yang sedang tumbuh, melalui mekanisme pengaturan global.
Negara telah kehilangan perannya sebagai unit-unit partisipasi yang bermakna dalam ekonomi dunia yang tanpa batas. Peran mereka telah digantikan oleh “negara- negara kawasan” atau oleh kian meningkatnya peran aktor-aktor nonteritorial dan transnasional, seperti perusahaan-perusahaan multinasional  dan lembaga-lembaga  internasional.
Dengan globalisasi, bumi seperti kampung kecil, penduduk dunia laksana para penghuni sebuah kampung, apa pun perilaku (gaya) seseorang cenderung menjadi rahasia umum, produk busana dan makanan di suatu negara mudah menjadi milik umum termasuk mata uang. Penampilan “bintang” dalam media, menjadi “kiblat”  yang menjadi referensi untuk melakukan “imitasi diri”, sesuai dengan penampilan “bintang”. Tidak jarang terjadi duplikasi “budaya” antar kota.
Globalisasi yang sepintas terlihat sebagai persoalan ekonomi, tidak sekadar terbukanya hubungan ekonomi suatu negara dengan negara lain melalui perdagangan internasional. Tidak juga hanya gerak modal ke seluruh dunia melalui Multinational Corporations,  bahkan lebih dari kecenderungan regionalisasi setiap kawasan di dunia.

Sosiologi perkotaan

Sosiologi perkotaan adalah studi sosiologi tentang kehidupan sosial dan interaksi manusia di wilayah metropolitan. Studi ini adalah disiplin sosiologi norma yang mempelajari struktur, proses, perubahan dan masalah di sebuah wilayah urban dan memberi masukan untuk perencanaan dan pembuatan kebijakan.
Seperti bidang sosiologi yang lain, sosiolog perkotaan menggunakan analisis statistik, pengamatan, teori sosial, wawancara, dan metode lain untuk mempelajari berbagai topik, termasuk migrasi dan tren demografi, ekonomi, kemiskinan, hubungan ras, tren ekonomi, dan lainnya.
Setelah revolusi industri, sosiolog seperti Max Weber dan Georg Simmel dalam karya The Metropolis and Mental life (1903), berfokus pada proses urbanisasi yang meningkat dan dampaknya terhadap perasaan pengasingan sosial dan anonimitas.
Sekolah Chicago adalah pengaruh besar dalam studi sosiologi perkotaan. Banyak dari penemuan mereka diperbaikiatau ditolak, tetapi dampak dari sekolah Chicago masih bisa ditemukan di dalam pengajaran hari ini.

PENGERTIAN SISTEM TRANSPORTASI

Transportasi
·         sesuatu hal yg berhubungan dg pemindahan orang/barang dr suatu tempat asal ke tempat tujuan
·         suatu tindakan, proses/hal yg sdg dipindahkan dr suatu tempat ke tempat lain
Rekayasa transportasi
·         penerapan prinsip-prinsip ilmiah iptek di dlm semua tahapan perencanaan & pelaksanaan pembangunan infra struktur transportasi untuk menjamin terselenggaranya pergerakan yg selamat, mudah, cepat, nyaman, ekonomis, dan serasi serta bersahabat dg lingkungan
·         penerapan ilmu pengetahuan & matematika dimana sifat-sifat zat & sumber-sumber alami dipakai untuk mengangkut orang & barang dg suatu cara yg berguna untuk manusia

FUNGSI:
  •  menghubungkan orang dg tata guna lahan, pengikat kegiatan & memberikan kegunaan tempat & waktu untuk komoditi yg diperlukan
  • memberikan hubungan antara tempat-tempat produksi dg tempat-tempat konsumsi
RUANG LINGKUP:
Ruang lingkup pembahasan bidang transportasi meliputi:
-      perumusan kebijakan
-      perencanaan
-      perancangan
-      pelaksanaan pembangunan
-      pengoperasian
-      pemeliharaan
Ruang lingkup teknik transportasi dibagi menjadi 2 kategori:
1.      yg berhubungan dg perencanaan sistem
2.      yg berhubungan dg perancangan rinci masing-masing komponen sistem (sarana-prasarana transportasi & sistem pengoperasiannya)
PENGERTIAN SISTEM:
Sistem       :     suatu kelompok elemen/sub-sistem yg bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Karakteristik sistem :
Apabila suatu elemen/sub-sistem tdk berfungsi, maka akan mempengaruhi kelangsungan sistem tsb secara keseluruhan/membuatnya sama sekali tdk berfungsi.

SISTEM TEKNOLOGI TRANSPORTASI:
Terdiri dr berbagai elemen yg hrs bekerja sama utk menggerakkan sistem.
Mnrt Hay (1977), tdp 5 komponen dsr yg membentuk sistem transportasi, yaitu: sumber tenaga penggerak, kendaraan, jalur pergerakan, terminal, & sistem pengendalian operasi.
Pd dasarnya pendukung sistem transportasi terdiri dr 3 unsur:
·         Sarana, terdiri dr sumber tenaga penggerak & kendaraan
·         Prasarana, terdiri dr jalur pergerakan & titik simpul pergerakan/terminal
·         Sistem operasi & pengendalian pergerakan

KARAKTERISTIK TEKNO-EKONOMI
Sistem transportasi mrpk suatu sub-sistem dr sistem yg lbh bsr yg disebut sistem tekno-ekonomi.
Dlm sistem tekno-ekonomi ini maka sub-sistem yg akan berinteraksi adl misalnya sistem pemerintahan, sistem keuangan, sistem nilai masyarakat, dll.

MASALAH TRANSPORTAS
1.      Stabilitas dan daya dukung jalur gerak , kondisi geologi & geografis
2.      Dampak yg timbul  pada lingkungan hidup (polusi udara & kebisingan)
3.      Kapasitas/daya angkut sarana & prasarana berpengaruh dengan makin besarnya kebutuhan & makin tingginya kecepatan yg diminta
4.      Upaya perbaikan sistem & metoda pengendalian utk meningkatkan factor keamanan & keselamatan
5.      Pendanaan yg terbatas
6.      Menipisnya cadangan sumber energi
7.      Adanya perbedaan kepentingan pihak-pihak yg terlibat

PERENCANAAN TRANSPORTASI
Yg mjd pusat perhatian dlm perencanaan transportasi adl upaya memenuhi permintaan (demand) yg ada dg tingkat & kualitas pelayanan yg memadai serta dg dana yg terbatas.
Umumnya bersifat multi disiplin & tdk hanya bs ditangani oleh ahli teknik saja, tp hrs melibatkan keahlian dr bidang lain: ekonomi, sosial, hukum,dsb.

METODE ANALISIS KUANTITATIF DAN KUALITATIF

Kuantitatif dan kualitatif
Penelitian Kuantitatif adalah suatu metode expremential satu test pada kondisi terkontrol yang dibuat untuk mempertunjukkan satu diketahui benar atau menguji kebenaran dari satu hipotesis (Daniel Muijl,2004). Diberi nama Kuantatatif karena kaulitas di skor ke dalam angka kuantitas dalam pengumpulan dan analisis datanya (Purwanto,2007).
Penelitian Kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistic (Strauss dan Corbin 2003). Dengan tujuan untuk mendapatkan makna dan pemahaman, penjelasan mengenai hubungan gejala, tapi lebih dari itu menjelaskan alasan-alasan adanya hubungannya (Purwanto,2007).
PARADIGMA KUANTITATIF
Paradigma, positivis, eksperimental, empiris
Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal
Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti
Bebas nilai dan tidak bias
Pendekatan deduktif
Pengujian teori dan analisis kuantitatif
PARADIGMA KUALITATIF
Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas
Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak
Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti
Tidak bebas nilai dan bias
Pendekatan induktif
Penyusunan teori dengan analisis kualitatif

Paradigma positivistik:
  • Studi cross sectional
  • Studi kasus menekankan pada analisis kontekstual kejadian-kejadian atau kondisi
  • Survei
  • Content analysis
  • Hasil akhir merupakan angka-angka
Paradigma Rasionalistik:
  • Berfikir rasionalistik
  • Konseptual teoritik
  • Perlunya Grand Conteks.
  • Menarik kesimpulan dan pemaknaan.
Paradigma phenomenologi
o Grounded research
o Ethnographik/ ethnometodologi.
o Naturalistikn
o Interaksi simbolik
Paradigma kuantitatif dengan kualitatif
Paradigma Kualitatif
Paradigma Kuantitatif
Metoda kualitatif
Metoda kuantitatif
Memahami perilaku manusia dari sudut pandang si aktor
Mencari fakta atau penyebab fenomena sosial secara obyektif
Pendekatan fenomenologi
Pendekatan logical-positivism
Uncontrolled, naturalistic observational measurement
Obtrusive, controlled measurement
Subyektif, insider perspective, tidak menjaga jarak dengan data
Obyektif, outsider perspective, menjaga jarak dengan data
Grounded, discovery oriented, exploratory, expansionist, descriptive, inductive
Ungrounded, verification oriented, confirmatory, reductionist, inferential, hypothetico-deductive
Orientasi proses
Orientasi hasil
Validitas sangat penting, nyata, kaya, dan mendalam
Reliabilitas sangat penting, hard data, data mudah direplikasi
Holistik, sintesa
Partikularistik, analisis
Riset Kualitatif dan kuantitatif
Riset Kualitatif
Riset Kuantitatif
Mengungkap makna ketika peneliti menyatu dengan data
Menguji hipotesis yang mengawali proses penelitian
Konsep berupa tema, gambaran, dan taksonomi (klasifikasi/kategorisasi)
Konsep berupa variabel-variabel yang unik
Instrumen dikembangkan secara ad hoc, spesifik pada setting dan peneliti
Instrumen dikembangkan secara sistematik dan terstandar sebelum pengumpulan data
Data dalam bentuk kata-kata atau kesan yang bersumber dari dokumen, observasi, dan transkrip
Data dalam bentuk angka dari pengukuran dengan presisi tinggi
Teori dapat bersifat kausal atau nonkausal dan induktif
Teori pada umumnya bersifat kausal dan deduktif
Prosedur riset sangat khas dan replikasi sangat jarang dilakukan
Prosedur riset terstandar dan replikasi perlu dilakukan
Analisis dilakukan untuk mengekstraksi tema dari temuan-temuan riset
Analisis menggunakan statistik, tabel, atau diagram dan dikaitkan dengan hipotesis
Kriteria bagi Terwujudnya Scientific Knowledge
Riset Kualitatif
Riset Kuantitatif
Credibility: konstruksi realitas yang memenuhi syarat dan dapat dipercaya
Validitas Internal
Transferability: dapat diterapkan pada konteks lain yang memiliki kesamaan
Validitas Eksternal
Dependability: stabilitas interpretasi
Reliabilitas
Confirmability: konstruksi interpretasi peneliti dapat ditelusuri kembali melalui catatan prosedur penelitian
Obyektifitas

Beberapa pengertian lainnya
  • DEDUKSI: berdasarkan pengalaman-pengalaman atau teori-teori atau dogma-dogma yang bersifat umum dilakukan dugaan-dugaan atau hipotesis
  • HIPOTESIS: adalah dugaan yang ditarik berdasarkan teori, dogma, atau pengalaman-pe galaman
  • VERIVIKASI: adalah proses pembuktian untuk hipotesis yang telah disusun melalui kegiatan
  • INDUKSI: hasil penelitian tersebut disusun ke dalam suatu teori yang umum.
  • Empirisisme: Observasi dan proposisi berdasar pada pengalaman dengan menggunakan metoda inductive logic, termasuk matematik dan statistik. Empirisis berusaha mendiskripsi, menjelaskan, dan memprediksi informasi faktual yang diperoleh melalui observasi
  • Rasionalisme: Sumber utama pengetahuan adalah penalaran (reasoning dan judgment). Pengetahuan dideduksi dari kebenaran dan hukum alam. Karena hukum alam mengatur semesta secara logik.
Sumber: Muhadjir Noeng, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Rakesarasin Yogyakrta ; 1996
Maya Sari Dewi, Workhsop Metode Ilmiah dan Metodologi Penelitian
Bidang Bisnis, Banjarmasin, 2007
Purwanto, Metodelogi Penelitian Kuantitatif; Pustaka Pelajar Yogyakarta ; 2008

Apa itu Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota ??

Planologi mengaitkan ilmu untuk belajar merancang dan merencanakan pembangun suatu kawasan daerah. Sehingga, suatu daerah dapat berkembang untuk meningkatkan sektor-sektor yang bisa dioptimalkan.
Banyak kota di Indonesia senantiasa memamerkan pesona kekhasannya, namun pada saat yang bersamaan ada kontroversi akan menurunnya kualitas hidup dan kenyamanan. Kota-kota besar seperti Bandung, Medan, Bogor, Jakarta, Surabaya,dan Makasar berkembang tak ubahnya hanyalah frekuensi penduduk, sekelompok manusia yang secara bersama mendiami sebidang tanah, membangun tempat tinggal sesuai dengan kebutuhan, selera dan kemampuannya sendiri, dengan sebagian besar penduduk bekerja di sektor informal, yang pada dasarnya merupakan spillover (limpahan) dari sektor formal. Tidak keinginan untuk mencirikan ‘inilah kota tempat tinggal terbaik di Indonesia’ (Most Livable City) dengan segala kenyamanan yang seharusnya dimiliki sebuah kota.
Sebuah langkah maju dalam rangka sebuah kota memilih untuk mengelola secara mikro kotanya. Namun tantangan utama adalah kenyataan bahwa perkembangan kota yang nyaris tanpa rencana yang berakibat banjir, kriminalitas tinggi, kemacetan, polusi, sampah, kekumuhan, kemiskinan, adalah akibat tidak berjalannya konsep kemakmuran masyarakat dan penegakan hukum dalam tahapan implentasi produk rencana kota.
Bangsa dan negara Indonesia sedang mengalami suatu proses transisi menuju suatu kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis, adil dan makmur. Dalam proses ini terjadi perubahan-perubahan secara cepat termasuk di bidang ekonomi, pembangunan kota dan wilayah. Pemerintah, perencana, manajemen korporasi.Dan masyarakat membutuhkan pendekatan baru yang berkaitan dengan metode penyelesaian masalah dalam menghadapi dan mengantisipasi perubahan-perubahan yang sedang dan akan terjadi serta untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang muncul.
            Saat ini tantangan bagi pembangunan dan perencanaan menuntut pendekatan yang menyeluruh. Para penyelenggara kota dituntut untuk dapat mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan permasalahan yang akan terjadi, fenomena perkembangan sosio-politk bangsa dan daerah, memandang permasalahan secara kontekstual, dan menguasai piranti mutakhir sebagai alat bantu perencanaan.
Perencanaan wilayah dan kota harus dilakukan secara continue dan stimultan, yaitu dari perencanaan nasional dijabarkan ke perencanaan regional dan kemudian ke perencanaan wilayah/kota. Dengan demikian sebuah perencanaan akan tertata dan terkonsep dengan baik karena adanya kontrol dari pemerintah pusat untuk ke wilayah/kota.

Mengenal Le Corbusier, sang "Pencetus Arsitektur Modern dalam Permukiman Perkotaan"

Le CORBUSIER

Charles-Edouard Jeanneret, yang dikenal dengan sebutan Le Corbusier (October 6, 1887 – August 27, 1965), adalah seorang arsitek dan penulis kelahiran Perancis-Swiss, yang sangat terkenal karena kontribusinya pada modernisme atau international-style. Pemikirannya dipengaruhi oleh apa saja yang ia lihat, terutama kota-kota industri di pergantian abad. Le Corbusier tertarik pada visual art dan menempuh pendidikannya di La-Chaux-de-Fonds Art School. Guru Arsitekturnya pada masa itu adalah arsitek René Chapallaz, yang kemudian menjadi pengaruh terbesar pada desain beliau pada awal karirnya.

Selama Perang Dunia I, Le Corbusier mengajar di sekolah lamanya La-Chaux-de-Fonds Art School, dan tidak kembali ke Paris sampai perang tersebut berakhir. Selama 4 tahun di Swiss, Le Corbusier menelaah banyak teori-teori arsitektur yang menggunakan kaidah teknik arsitektur modern. Salah satu karya Le Corbusier pada masa itu adalah “Domino House” (1914-1915).
"Domino Hause" menjadi konsep bangunan bertingkat yang banyak di gunakan hingga sekarang
Desain tersebut kemudian menjadi dasar dari sebagian besar karya beliau sampai 10 tahun setelahnya, di mana kemudian beliau memulai mendesain karya-karyanya bersama keponakannya, Pierre Jeanneret (1896-1967) sampai tahun 1940. Pada tahun 1918, Le Corbusier bertemu dengan Amédée Ozenfant, seorang pelukis Cubist. Ozenfant mendukungnya untuk melukis, di mana kemudian periode hubungan kerjasama mereka pun dimulai. Dengan menganggap Cubism sebagai sesautu yang irrasional namun “romantis”, mereka kemudian mempublikasikan manifesto mereka, Après le Cubisme dan menetapkan teori pergerakan arsitektur modern yang baru, Purism. Purism Purism adalah suatu bentuk dari Cubism, yang merupakan salah satu pendekatan estetika dalam arsitektur. Le Corbusier dan Ozenfant pertama kali mendeskripsikan prinsip-prinsip dasar teori ini pada tahun 1918. Ekspresi dari Purism adalah ekspresi yang menampilkan kemurnian bangunan yang sepi ornamen, sejalan dengan adagium arsitektur modern yang menilai bahwa: "Ornament is a crime", teori ini muncul karena adanya keinginan untuk melepaskan diri dari penggunaan ornamen dengan berprinsip bahwa tanpa ornamen bangunan bisa tampak lebih indah.
Bangunan rangcangan Le Corbusier, Walau putih dan tanpa ornament tetapi tetap indah
Bermula dari kegagalan Pemerintah Perancis dalam menangani masalah slum area(permukiman kumuh) dan krisis perumahan perkotaan, kemudian beliu terjun ke dalam urban planning(perencanaan perkotaan). Le Corbusier menemukan solusi untuk masalah permukiman kumuh dan krisis perumahan perkotaan. Dengan Architectural Modern, dia yakin dapat memberikan solusi dalam menaikkan kualitas hidup untuk orang kelas bawah.
Solusinya adalah membuat suatu hunian yang cukup untuk banyak orang. Pada tahun 1922, rencana hunian tersebut terealisasikan dengan nama IMMEUBLES VILLAS (1922) suatu hunian yang ia menyebutnya sebagai –Blocks of Cell- seperti individual apartements, suatu bangunan yang memiliki beberapa lantai. Setiap ruangan terdapat R. tamu, R. tidur, dapur, dan taman..
Immeubles Villas tahun1922, menjadi bangunan bertingkat yang mampu menampung banyak masyarakat, seperti apartemen dan rumah susun saat ini.

Selain itu munculnya hasil rancangan Le Corbusier yang bernama CONTEMPORARY CITY (1922) yang dapat menampung 3 juta penduduk. Menunjukkan bahwa dia tidak hanya berkecimpung pada design-design rumah akan tetapi beliau juga mulai untuk men-design kawasan kota.

Contemporery City tahun 1922, dapat menampung 3 juta penduduk sehingga dapat menjadi salah satu solusi krisis permukiman diperkotaan (Prncis) saat itu.
salah satu permukiman saat ini yang mirip dengan Contemporery City

Penambah jalan bebas hambatan (freeways) pada contemporary city, membuat rancangan ini menjadi suatu hunian baru yang low cost, low density, highly profitable, dan bebas dari pertumbuhan permukiman-permukiman kecil yang berpotensi semrawut dan mengurangi mobilitas. Hal ini membuat le Corbusier terkenal dengan sebagai salah satu orang pertama yang menyadari pengaruh mobilitas terhadap bentuk dan rancangan pemukiman manusia. Ia tidak menyukai segala bentuk hiasan atau ornamentasi pada bangunan, dan pernah mengatakan bahwa "semua bangunan seharusnya berwarna putih”.
lagi, Villa Savoye, Poissy-sur-Seine, Perancis bangunan karya Le Corbusier yang berwarna putih sesuai dengan ciri khas le Corbusier yang menyatakan semua bangunan seharusnya berwarna putih
Pada tahun 1930an Le Corbusier kembali mereformulasi idenya tentang perkotaan, kali ini dengan rancangan La Ville Radieuse (The Radiant City). Perbedaan mendasar dengan Contemporery City adalah mengabaikan kelas berdasarkan stratifikasi pemilik lama, namun lebih kepada besarnya keluarga, bukan pada posisi ekonomi. Dengan konsepnya seperti 14m2 untuk 1 orang, Dengan pembangunan secara vertikal, KDB kecil, sehingga area disekitarnya dapat digunakan sebagai taman bermain dan tempat parkir, kemudian dengan adanya tangga penyambung antar blok bangungan.
Radiant City Tahun 1930, dengan konsep memunculkan open space seperti taman dan parkir

Dengan konsep-konsep diatas maka dapat mendukung teori yang dicetuskan oleh le Corbusier yang menyatakan bahwa pusat kota yang besar harus terdiri terutama dari skyscrapers - khusus untuk komersial - dan yang diduduki oleh kawasan ini seharusnya tidak lebih dari 5%. Sisanya 95% harus taman dengan pepohonan.

Rancangan yang sesuai dengan teorinya, dimana didominasi oleh pohon dan tumbuhan
Melihat konsep-konsep yang dikembangkannya pada saat zamannya dan berguna hingga saat ini maka tepatlah julukan yang diberikan kepada sejak dulu yaitu " Leader of modern-better seatlement and better soceity".

Jangan Lupa Tinggalkan Jejak (Like & Coment)